Senin, Juli 28, 2008

Etika fotografi

1. Etika mengambil gambar/foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau dimana saja saat mereka bermain. Tapi jgn harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang yg tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke panjara. Dianggap eksploitasi anak he..he..he..gawat kan?



2. Lalu bagaimana di negara kita? Seperti aku bilang td, kita relatif mudah untuk mendekati, meminta ijin dan memotret. Bahkan sebagian masyarakat kita cuek dan senang saja saat diambil gambarnya, dalam jarak dekat sekalipun. Contoh, di Busway -jakarta, aku memotret pakai HP, sangat dekat dengan obyek, gak ada masalah sementara ini he.he.)

3. Lantas etikanya gimana? Sebaiknya, dimanapun kita mau motret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dg kita (fotografer). 90 persen orang akan dg senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu, pahami kondisi mereka, apalagi mereka kita ajak bicara ttg dirinya, pasti suka. Nah, baru kita sampaikan maksud kita.

Namun untuk beberapa kondisi, fotojurnalis boleh saja mengambil gambar langsung (seperti penumpang angkot itu) untuk mendapatkan momen yg natural seperti km bilang. Tapi jgn lupa bicarakan maksud kita usai motret. Ini yg sebaiknya dilakukan, menyapa beberapa penumpang itu, seperti tanya nama, umur, pekerjaan keluarga, sampai hal remeh-temeh lainnya. Dan ketika mereka tanya buat apa foto?, katakan dg benar apa adanya. Misal untuk sekedar belajar, atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jgn coba-coba mempublish secara umum.

Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita kok.

4. Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tdk boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dg jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik. Misal layak dan berhak itu, jika sebuah institusi/orang punya masalah yg dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yg punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik.

Tips memotret orang:

1. Permisi, minta ijin (kalau perlu jgn perlihatkan dahulu kamera kita)

2. Ajak bicara apa saja sebelum memotret, bisa jadi akan ada inspirasi banyak saat kita bicara dahulu dengannya.

3. Sampaikan maksud anda saat mau memotret

4. Tunjukkan hasil foto saat itu (jika pake digital), untuk membuat mereka nyaman dan yakin dg kita.

5. Catat kontak mereka, HP, alamat rumah dsb. Suatu saat kita dg mudah akan menemukan mereka jika ada cerita yg relevan dg project foto kita kelak.

6. Sampaikan terima kasih dan memohon maaf jika telah membuat mereka terganggu.

catatan: jika setelah kita ajak bicara mereka menolak difoto, jelaskan kalau ini untuk berita yg baik atau foto yg baik. Jika tetap menolak, hormati mereka, masih banyak obyek foto lain.

Semoga Berguna,

Sumber : Email from SPC

Rabu, Juli 23, 2008

Digital Camera, Sulitkah Merawatnya?

Siapa yang tak kenal dengan kamera digital DigiCam? Bagi sebagian besar orang mungkin sudah tak asing atau bahkan sangat membutuhkannya dalam mendukung pekerjaannya sehari-hari, layaknya kebutuhan akan perangkat komunikasi. Walau sudah sangat mahir dalam menjalankan atau mengoperasikannya, namun tak semua dari para pengguna kamera itu mengetahui bagaimana cara merawat kamera dengan benar agar terhindar dari kerusakan dan berumur panjang.

Berikut ini adalah beberapa tips perawatan kamera, agar kamera bisa berfungsi dengan baik dan maksimal serta berumur panjang :


• Jauhkan dari Kapur Barus

Kapur barus termasuk benda perusak yang sangat 'ampuh' terhadap kamera, yang dapat menyekat-nyekat kamera dan bagian kamera yang lain, yang berbahan dasar karet. Pada kamera elektronik, kapur barus bisa merusak jalur pada PCB (Printed Circuit Board), yaitu tempat chip-chip kamera terpasang dan beberapa elemen chip itu sendiri. Bahka uap kapur barus itu juga dapat menodai dan membuat 'flek' pada lensa.

Sebaiknya, simpanlah kamera di tempat yang kedap udara, sejuk dan kering. Jika harga lemari khusus untuk penyimpanan kamera terlalu mahal bagi anda, anda bisa mencari media penyimpanan alternatif sebagai penggantinya. Seperti misalnya, anda dapat menyimpan kamera dalam stoples yang tertutup rapat dan di dalamnya diberi silica gel, untuk menyerap kelembabannya.

Atau, anda bisa juga menyimpannya dalam lemari yang telah diatur sirkulasi udara dan kelembabannya. Caranya, dengan memasang lampu berkekuatan 5 watt dan diletakkan pada jarak kurang lebih 40 cm di atas kamera dan perlengkapan yang lainnya. Jangan lupa untuk membuka pembungkus kamera dan membersihkannya dari debu sebelum menyimpannya.

Ingat, kerusakan kamera yang diakibatkan oleh kapur barus biasanya tak bisa diperbaiki lagi. Maka, jangan sekali-kali menyimpan kamera di dalam lemari apapun yang telah diisi kapur barus atau kamper pengharum pakaian.

• Hindari Kontak Langsung dengan Sinar Matahari

Jagalah kamera agar jangan sampai terjemur atau terkena cahaya matahari secara langsung dan berlebihan. Panas yang tinggi dapat merusak bagian-bagian kamera yang terbuat dari plastik dan karet, serta komponen elektronik yang lainnya.

• Jagalah dari Goncangan yang Berlebihan

Jangan lupa untuk menaruhnya di dalam tas khusus kamera, guna menghindari guncangan yang berlebihan dengan lingkungan luar maupun benturan antar peralatan. Taruhlah kamera di tempat yang aman dan tahan terhadap guncangan.

• Bersihkan Kamera dan Lensa

Sebaiknya kamera dibersihkan seminggu sekali atau secara teratur dan berkala. Untuk bagian luar fisik kamera, gunakan lap kering yang bersih dan tak kasar. Sedangkan untuk bagian dalam dan elemen-elemen kecilnya, gunakan blower atau peniup yang banyak dijual di toko kamera. Selain blower, juga bisa digunakan kuas berserabut halus, yang belum pernah dipergunakan pada benda yang lain.

Untuk membersihkan lensa yang terkena noda, misalnya terkena jari yang berminyak atau air keringat dari pemakai, pakailah tissue khusus yang banyak dijual di toko

• Hindari Goresan pada Lensa

Untuk menghindari goresan, sebaiknya lensa mempunyai filter ulir yang terpasang permanen di bagian depannya. Filter yang umum menjadi pelindung adalah jenis filter UV (Ultra Violet) atau filter skylight. Sedangkan untuk menghindari goresan di bagian belakang lensa, usahakan selalu memasang 'bodycup' penutup saat lensa dilepas dari badan kamera.

• Hindari Air Laut

Jika anda menggunakan kamera di pantai, jagalah agar kamera tak terkena air laut atau bahkan jatuh ke dalamnya. Air laut sangat jahat dan penyebab karat yang potensial terhadap kamera ataupun perangkat elektronik yang lainnya. kecuali yang memang dirancang untuk bisa beradaptasi dengannya.

Sehabis digunakan di daerah pantai, pembersihan kamera wajib dilakukan sesegera mungkin. Uap air laut seringkali meninggalkan butir-butir garam yang menyebabkan karat pada kamera. Jika suatu saat, tanpa sengaja kamera anda tercebur ke dalam air laut, langsung rendam kamera anda ke dalam air tawar, kemudian bilaslah berkali-kali untuk menghilangkan bekas-bekas air laut.

Proses pengrusakan oleh air laut berlangsung sangat cepat dan dalam hitungan menit setelah tercebur, sehingga bila pembilasan air ini tidak dilakukan sesegera mungkin, kamera yang tercebur ke dalam air laut tak akan bisa diselamatkan. Setelah dibilas hingga bersih dari air laut, bawa segera ke ahli servis kamera untuk membersihkannya dan mengeringkan kamera tersebut.

• Service di Tempat Terpercaya atau Resmi

Secara berkala, dalam kurun waktu tertentu, sebaiknya kamera digital diservis ke tempat khusus, terpercaya dan malah lebih bagus yang resmi. Jangan tunggu kamera rusak kemudian baru diservis. Servis yang dimaksud adalah 'servis besar', yang meliputi pembersihan bagian dalam kamera, seperti pembersihan lensa dari jamur yang menempel atau juga penyesuaian setelan-setelan utama kamera.

Jangan terlampau sering mencuci lensa atau membersihkan bagian dalamnya bila berjamur. Kaca lensa begitu peka. Makin sering dibersihkan, dapat mengakibatkan mutu gambar akan menurun. Untuk menjaga dan merawatnya, sebaiknya jangan disimpan di lemari pakaian anda, karena hal itu akan berpotensi mengundang jamur yang menempel di lensa bagian dalam kamera.

Dipublikasi ulang dari email SPC

Menghilangkan Red Eye dari Foto Digital

Jika Anda menemukan keanehan di foto bagian mata teman Anda, jangan buru-buru memanggil pengusir hantu. Pada beberapa orang dan kondisi pencahayaan tertentu adalah media yang sempurna untuk munculnya efek red eye yang nampak seperti hantu. Pupil mata yang terbuka lebar dan kondisi pencahayaan yang buruk membuat flash dari kamera memantulkan pembuluh darah di balik mata dan membuat teman Anda terlihat seperti sedang kerasukan.


Daripada memakai bawang putih di leher Anda dan menenteng pasak kayu, tips ini akan membantu membawa kembali teman Anda dari dunia kegelapan.

- Gunakan setting Red Eye reduction kamera Anda
Cari di dalam setting flash sampai Anda menemukan icon yang berbentuk seperti mata. Ini akan memerintahkan kamera untuk memancarkan preflash yang akan membuat pupil dari objek foto anda akan mengerut dan mencegah sinar dari flash memantul dari pembuluh darah di balik mata.

- Nyalakan lampu
Lampu yang terang akan memberikan efek yang sama pada pupil objek foto Anda seperti dengan memakai setting red eye reduction dan dengan pupil yang tidak terlalu terbuka lebar, efek red eye akan berkurang.

- Ambil gambar dari sudut tertentu
Jika Anda mengatur posisi dari kamera Anda sehingga sinar flash tidak langsung mengarah ke mata teman Anda, maka tidak akan ada cahaya yang terpantul dan jika flash-nya diarahkan ke arah yang tepat, tidak akan terjadi efek red eye. Tentu saja jika Anda mempunyai flash yang terpisah dari kamera akan jauh lebih bagus hasiilnya karena terletak lebih tinggi di atas lensa dan efektif untuk semua kondisi pencahayaan. Ini akan memudahkan Anda dan teman Anda juga.

- Hilangkan dengan program
Jika tidak ada cara lain untuk menghilang mata hantu teman Anda, masih ada satu harapan. Semua program pengolah gambar kebanyakn sudah mempunyai fasilitas penghilang red eye yang biasanya hanya tinggal dengan satu klik. Umumnya, yang perlu Anda lakukan yaitu pilih menu red eye-nya, klik di tengah mata objek anda dan sebelum Anda selesai mengucapkan satu patah kata, red eye-nya sudah hilang!


Sumber :kapanlagi.com

Selasa, Juli 08, 2008

Memotret Foto Berkualitas dengan Kamera Digital

Kamera digital akhir-akhir ini lebih banyak disukai konsumen karena hasil akhirnya bisa langsung dilihat, dan diulang jika hasil fotonya kurang memuaskan. Bagaimana cara menghasilkan foto yang berkualitas lewat kamera digital? Simak beberapa tips berikut ini:

1. Atur kamera dengan mode ukuran gambar paling besar.

Keuntungan dari mode ini adalah memungkinkan Anda dapat mencetaknya dalam ukuran terbesar tanpa ancaman warna foto pecah. Selain itu Anda juga dapat memotong bagian yang tidak dikehendaki pada foto tersebut. Tidak ada gunanya jika Anda membeli kamera dengan resolusi 5, 6, atau 8 megapiksel, tapi Anda tetap memasang mode ukuran gambar standar, dan bukan maksimum.

2. Gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

Banyak gambar hasil kamera digital memakai format JPEG. JPEG menghasilkan gambar yang buruk jika dikompresi berlebihan. Agar gambar Anda tampak seperti aslinya, gunakan pengaturan kualitas dengan level maksimal.

3. Pakai tipe gambar JPEG.

JPEG, meskipun bersifat lossy (kurang jelas), bisa jadi merupakan pilihan terbaik. Pasalnya, ketika Anda mengambil gambar dengan format JPEG, keuntungan yang diperoleh juga berlipat karena Anda bisa mengolahnya lagi dengan Adobe Photoshop.

Kamera SLR biasanya memberikan pilihan apakah Anda ingin menggunakan format JPEG, TIF atau Raw. TIF biasa digunakan untuk reproduksi grafis yang berbau seni, misalnya pada majalah dan koran. Sementara Raw, menyimpan apa adanya tanpa pemrosesan gambar lebih lanjut.

Dibanding dengan TIF dan Raw, format JPEG lebih mudah dikelola dengan Photoshop. Kedua format tersebut (TIF dan Raw-red) hanya akan menambah pekerjaan Anda sewaktu akan diproses pada Photoshop.

4. Camkan bahwa Whitte Balance itu penting.

Untuk kebanyakan pengambilan gambar, dianjurkan agar dimulai dengan mode Auto white balance. Fungsinya agar kamera Anda bisa membaca pewarnaan dari cahaya yang ada disekitarnya dan secara otomatis mengatur dirinya sendiri untuk mengoptimalkan white balance.

Mode Daylight cocok untuk hari terang, sementara jika hari berawan, dianjurkan agar Anda memakai mode Cloudy. Untuk mengevaluasi pewarnaan dan pencahayaan, jangan lupa mengetesnya dengan mengambil satu atau dua gambar.

5. Jangan lupa mengatur "Low ISO Number" atau "Use Auto ISO".

Hasil gambar akan lebih jernih jika Anda menggunakan ISO rendah, namun sensitivitas kamera dalam menangkap cahaya menjadi lebih rendah. Sementara jika memakai ISO terlalu tinggi, seperti dilansir Dale laboratories, hanya akan menimbulkan noise pada gambar.

6. Optimalkan penggunaan Histogram.

Dengan menggunakan histogram Anda dapat melihat seberapa optimal sensitivitas sensor kamera dalam menangkap gambar.

7. Hindari menggunakan zoom secara digital.

Sebaiknya jangan menggunakan zoom secara digital karena hanya akan membuat kinerja chip yang mengatur tingkat resolusi (piksel) pada kamera menjadi boros. Coba gunakan zoom dari lensa saja, agar bisa menghemat penggunaan chip. Selain itu hasil bidikan, jika menggunakan zoom secara digital, tidak sebagus jika menggunakan zoom lensa.

8. Belilah kartu Memori berkualitas profesional.

Kecepatan rekam pengambilan gambar dengan memakai memori yang berkualitas tinggi dapat mengimbangi teknologi kamera Anda. Misalnya dengan kartu memori berkecepatan 40x, dapat merekam 3 dari 10 jepretan berturut-turut dalam 1 detik. Sementara dengan memori 4x, Anda hanya bisa merekam 1 gambar dalam 3 detik. Keuntungannya, dengan memori berkualitas tinggi Anda tidak perlu mengkhawatirkan terjadinya pergeseran warna dalam foto.

9. Backup hasil foto dalam CD atau DVD.

Menyiapkan payung sebelum hujan adalah lebih baik. Pastikan backup seluruh kreasi foto-foto Anda dalam CD atau DVD, sebagai antisipasi jika hard drive Anda rusak

Disadur dari SPC email

Yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Kamera Digital

· CCD (Charge Coupled Device)

Gambar digital dibuat oleh sekumpulan titik-titik yang disebut Pixel .Resolusi merujuk pada banyaknya pixel utk membuat suatu gambar .Semakin tinggi resolusi CCD semakin tajam gambar yg mampu ditangkap. Kamera digital standard saat ini menggunakan resolusi CCD 1.3M pixel untuk menghasilkan gambar tajam seukuran foto biasa. Sedangkan bagi profesional kini sudah tersedia resolusi CCD diatas 5M pixel yg sangat tajam hasilnya.semakin besar resolusi akan menghasilkan gambar yang lebih baik.

· Memory Card

Besar media penyimpan menentukan seberapa banyak hasil foto yang bisa ditampung. Media simpan utk kamera digital disebut dengan Memory Card. saat ini yang umum dipakai ialah Compact Flash, Memory Stik,Sequre Digital Card,Multi Media Card dsb. Semakin tinggi resolusi CCD semakin besar ukuran file yang dihasilkan sehingga membutuhkan memori card yang lebih besar.Memory Card bisa diupgrade kapastiasnya dengan membeli Memory Card yang lebih besar.

· Koneksi

Perhatikan apakah kamera digital anda bisa berhubungan dengan perangkat digital lainnya? misalkan televisi,komputer (PC atau Mac)atau printer .rata-rata kamera digital keluaran terbaru menggunakan interface USB. Kamera digital saat ini juga bisa langsung mencetak ke printer biasa tanpa memerlukan PC, fasilitas ini dinamakan DPOF (Digital Print Order Format), tanpa fitur ini tidak bisa mencetak langsung ke printer.saat ini banyak produsen kamera yang menjual bandle kamera dengan printernya.

Beberapa kamera digital sudah mendukung PictBridge yang membuat anda leluasa mencetak langsung dari kamera ke printer.

· LCD (Liquid Crystal Display)

Kamera digital selalu menyediakan LCD display yang berguna untuk melihat menu setting, bidikan kamera, dan hasilnya. Dengan LCD ini sangat memudahkan bagi pengguna kamera digital yang tidak perlu membidik lagi dari lubang kecil,tetapi perlu juga diketahui penggunaan LCD memakan energi baterai yang besar.

Pastikan layar tdk terlalu kecil,sehingga gambar bisa tampil maksimal.

· Zoom

Fungsi zoom ialah memperbesar gambar sehingga Anda tidak perlu mendekati obyek untuk memperoleh ukuran yang diinginkan. Kamera digital biasanya dilengkapi dengan zoom melalui proses digital yang biasa disebut Digital Zoom yang dikombinasikan dengan zoom melalui optic/lensa yang disebut Optical Zoom. Perpaduan keduanya menghasilkan zoom yang berlipat.Optical Zoom lebih diperhatikan ketimbang Digital Zoom,karena menyediakan fasilitas cropping dan memperbesar gambar.

· Flash

Flash berfungsi sebagai sebagai pendukung cahaya.Dengan menggunakan flash,maka gambar yang diambil didalam kondisi agak gelap dapat tetap maksimal dengan bantuan cahaya yang menyilaukan.

· Movie Recording

Kamera digital sekarang juga sudah dilengkapi fitur Movie Recording/Capture untuk menangkap obyek bergerak layaknya camcorder. Tetapi karena keterbatasan media simpan, maka obyek bergerak ini hanya bisa disimpan dalam hitungan puluhan detikJika ingin lebih lama,dapat menggunakan Memory Card yang kapasitasnya besar.

. Power/Battery

Jika tak ingin kesenangan terputus gara-gara baterai habis/low, Anda perlu memperhatikan berapa lama sumber listrik ini bisa bertahan. Memilih baterai yang bisa diisi ulang (rechargeable) adalah tindakan bijaksana dan lebih hemat.

Disarankan apabila kamera tdk dipakai,hendaknya mengeluarkan baterai dari dalam kamera,hal ini untuk menghindari terjadi kebocoran baterai karena suhu (dingin/panas)

. Software

Software selalu menyertai kamera digital agar mudah dalam editing maupun menghubungkannya dengan komputer. Bahkan sering dilengkapi software image editing sederhana untuk menghasilkan gambar yang kreatif memenuhi imajinasi



Disadur: Dari berbagai sumber, by SPC Email

Penggolongan kelas-kelas kamera digital

Penggolongan termudah: Berdasarkan lensa

Dengan mengikuti perkembangan fotografi digital hingga tahun 2008, saya berpandangan bahwa penggolongan kelas kamera berdasarkan lensa yang ada beserta dengan kamera digital tersebut adalah yang termudah. Maksudnya adalah keberadaan lensa di kamera digital tersebut adalah status lensa tersebut, apakah bisa dilepas-tukarkan atau tidak. Jika tidak dapat dilepas-tukarkan, simpel saja, kamera tersebut digolongkan sebagai kamera ringkas digital, atau Non-SLR. Jika Anda menjumpai kamera ringkas digital yang lensanya bisa ditambahkan wide-converter atau tele-converter, itu tidak menjadikan mereka berpindah kelas. Tetap saja statusnya "ditambahkan", bukan "dilepas-tukarkan".

Sedangkan penggolongan yang satunya lagi disebut sebagai SLR digital, dimana lensanya dapat dilepas-tukarkan sesuai dengan kebutuhan pemotretan yang sedang Anda hadapi.

Jadi, penggolongan kelas kamera digital dalam tingkatan yang paling atas terdiri atas dua penggolongan besar, yaitu:
(01) Kelas Non-SLR, dan
(02) Kelas SLR

Sebelum membahas kedua penggolongan ini lebih jauh, marilah kita tengok sejenak sejarah penggolongan kamera digital, yang sempat dibagi ke dalam 2 penggolongan besar berdasarkan jenis jendela bidiknya, yaitu: (01) Jendela bidik optik, yang dikenal sebagai SLR, dan (02) Jendela bidik elektronik, yang dikenal sebagai Non-SLR.

Nah, mengapa penggolongan kamera digital berdasarkan atas jenis jendela bidik tersebut kini sudah tidak relevan lagi? Tidak lain adalah karena adanya teknologi pra-pandang elektronik (live view) yang pertama kalinya diterapkan oleh Fujifilm FinePix S-3 Pro dan Canon EOS 20Da secara non-dedikasi (fasilitas tersebut hanya dapat diaktifkan dalam jangka waktu aktivasi kurang dari 30 detik), dan Olympus E-330 yang menerapkannya secara terdedikasi, dengan durasi penggunaan yang tidak terikat batas waktu. Kamera digital kelas SLR terkini (per 2008) yang sudah sepenuhnya mengadaptasi kemampuan pra-pandang elektronik secara terdedikasi adalah Nikon D3, Nikon D-300, Canon EOS 1D Mark III, Canon EOS 1Ds Mark III, Canon EOS 40D, Canon EOS 450D, Olympus E-330, Olympus E-410, Olympus E-510, Olympus E-420, Olympus E-3, Pentax K-20D, Sony Alpha A-350 dan Sony Alpha A-300.

Perlu Anda ketahui, bahwa tadinya fasilitas pra-pandang elektronik tersebut adalah monopoli kamera digital kelas Non-SLR saja. Dahulu kamera digital Non-SLR dapat memiliki dua jenis sarana pra-pandang sekaligus, yaitu layar LCD-nya lewat pra-pandang secara elektronik, dan juga jendela bidik optik non-TTL (tidak melalui lensa, berupa pembidik langsung). Namun, kamera SLR digital terkini sudah menerapkan kemampuan pra-pandang elektronik tersebut, menjadikan mereka sebagai kamera dengan "kasta" yang lebih tinggi lagi, karena dapat sepenuhnya mengadaptasi kemampuan pra-pandang elektronik dari kamera digital Non-SLR, PLUS jendela bidik optik yang TTL (Through The Lens), alias melalui lensa, sehingga sangat akurat (Apa Yang Dilihat Samadengan Apa Yang Didapat/ AYDSAYD). Dalam bahasa Inggris mereka menyebutnya What You See Is What You Get/ WSYIWYG. Tidak heran, untuk keperluan pemotretan yang serius, kamera digital kelas SLR selalu menjadi pilihan, karena akurasinya tersebut.

Nah, kini kita kembali lagi ke penggolongan yang paling relevan, yaitu SLR dan Non-SLR. Sekarang kita akan memecah-mecah dua penggolongan besar tersebut ke dalam kelas-kelas yang lebih spesifik. Kurang lebih penggolongannya akan menjadi seperti berikut ini:

01. Kamera digital kelas SLR

01-A: Kelas profesional

Kamera digital jenis SLR berkelas profesional paling jamak ditandai dengan ciri-ciri fisik yang sama, yaitu material yang terbuat dari logam tebal namun ringan, dan juga ketahanan cuaca yang sangat memadai untuk penggunaan di medan pemotretan yang menantang dan berbahaya. Beberapa varian kamera SLR digital kelas profesional bahkan mengklaim unitnya sebagai tahan hujan deras, tentunya dengan penggunaan lensa-lensa tahan cuaca pula. Itu adalah kesan pertamanya.

Sebagai detailnya, kamera SLR digital kelas profesional biasanya memiliki kualifikasi berikut ini:
01. Material fisik dari logam tebal yang ringan
02. Ketahanan terhadap elemen alam yang keras dan ganas
03. Merupakan penjabaran paling komprehensif dari kemampuan inovasi teknologi produsen yang bersangkutan
04. Tingkat harga jual yang premium
05. Kinerja dan daya tahan yang sangat tinggi
06. Kecepatan, akurasi dan stabilitas adalah nilai-nilai utamanya
07. Memiliki kompatibilitas sistem yang tertinggi dalam sistem yang bersangkutan
08. Memiliki sensor digital beresolusi tinggi, atau kinerja prosesor kamera berkecepatan sangat tinggi

Beberapa tipe kamera SLR digital di pasaran adalah Canon Seri-1, Nikon Seri D-1, D-2 dan D-3; Olympus Seri Ex.

01-B: Kelas semi-profesional

Kamera digital SLR kelas semi-profesional adalah sering disebut sebagai "miniatur" kamera SLR digital seri profesional. Beberapa varian bahkan juga tersusun atas material logam dan tahan cuaca. Namun perbedaan paling prinsipil adalah pada sistem sensor dan elektroniknya, yang dirancang dengan siklus kerja seri profesional. Misalnya saja ketahanan blok rana. Pada kamera seri profesional, kini bahkan dapat mencapai 300.000 siklus pemotretan, sementara pada kamera semi-profesional cukup dengan 100.000 atau 150.000 siklus pemotretan. Selain itu, lebar jalur data, kedalaman memori penyangga, dan beberapa fungsi-fungsi yang dapat dipersonalisasikan, tidak sekomprehensif kamera SLR kelas profesional.

Beberapa tipe kamera SLR seri semi-profesional di pasaran adalah Canon EOS 5D dan EOS 40D, Nikon D-300, Fujifilm FinePix S-5 Pro, Pentax K-20D, Sony Alpha A-700, Sigma SD-14, dan Samsung GX-20.

01-C: Kelas amatir serius

Kamera digital kelas amatir serius biasanya tersusun atas material plastik berkualitas tinggi, namun mengadopsi fasilitas yang cukup lengkap.

Kamera digital yang termasuk kelas ini adalah Canon EOS 450D, Nikon D-80, Pentax K-200D, Sony Alpha A-300, Sony Alpha A-350, Olympus E-510, Olympus E-330.

01-D: Kelas pemula

Diprioritaskan untuk anggaran terbatas. Fasilitas pemotretan cukup lengkap, namun sejauh yang paling primer saja.

Termasuk kelas ini adalah Nikon D-40, Nikon D-40x, Nikon D-60, Olympus E-420, Sony Alpha A-200.

Tips-tips pemilihan kamera SLR digital:

01. Anggaran. Jangan memperhitungkan anggaran belanja hanya berdasarkan unit kamera saja. Perhitungkan pula pembelian lensa tambahan, lampu kilat, dan aksesoris lainnya.

02. Bidang pemotretan yang Anda lakukan. Apakah komersial atau amatir? Kalaupun komersial, pelajarilah secara spesifik, apa yang paling dibutuhkan pekerjaan tersebut dari sebuah kamera digital. Apakah resolusi penting? Apakah ketahanan terhadap elemen alam penting? Dan lain sebagainya.

03. Kebutuhan akan fasilitas fotografi, apakah bersifat umum atau spesifik. Bila yang Anda butuhkan hanyalah PASM dan satu titik fokus di tengah saja, maka kamera SLR digital seri pemula atau amatir serius pun sudah sangat memadai. Namun bila Anda membutuhkan kemampuan autofokus yang tinggi, fasilitas yang spesifik, kemampuan yang unik, atau kompatibilitas pada lensa tertentu, maka kamera SLR digital seri semi-pro atau seri pro sudah harus menjadi pilihan Anda.

04. Aspek ego dan gengsi Anda. Tentu saja tidak dosa untuk memiliki kamera terbaik demi ego atau gengsi, sejauh Anda memang tidak "memaksakan" diri Anda untuk membelinya. Apalagi bila itu diimbangi dengan hasil foto yang membanggakan. Tentu saja itu akan lebih mengangkat "derajat" fotografi Anda. Namun berbeda halnya jika menghadapi klien yang sebenarnya tidak tahu apapun tentang fotografi namun bersikap "sok tahu", seringkali membuat para fotografer "terpaksa" harus membeli kamera SLR digital seri profesional dengan tongkrongan yang gagah, betapapun sebenarnya belum terlalu dibutuhkan.


Mengenai kualitas hasil foto, masih banyak pemotret yang meragukan kualitas hasil foto dari kamera SLR digital seri papan-bawah. Namun setelah melalui penelaahan dan pengujian yang seksama, saat ini hampir tidak ada perbedaan yang signifikan antara kualitas hasil foto dari kamera SLR digital kelas profesional dengan yang kelas pemula sekalipun, di pencetakan foto hingga 8R atau 10R (20x25 cm atau 20x30 cm), dengan asumsi bahwa:

01. Semua persyaratan teknis fotografi telah terpenuhi dengan baik

Kamera semahal apapun, tanpa kemampuan teknis yang memadai dari sang pemotret, hasilnya akan biasa-biasa saja, bahkan kurang memuaskan. Dengan kata lain, semakin tinggi kelas kamera SLR digital, semakin banyak fasilitasnya, justru menuntut penguasaan teknis yang lebih tinggi lagi dari sang pemotret.

02. Kamera digital SLR yang diperbandingkan berasal dari generasi yang kurang-lebih sama

Kamera digital adalah produk elektronik, bukan produk fotografi semata. Jadi, kemajuan sistem komputansi dan elektronik di dalam kamera tersebut memegang peranan sangat penting dalam menentukan hasil akhir foto secara teknis.

Misalnya Nikon D-80, yang dapat menghasilkan foto yang jauh lebih baik daripada Nikon D-100. Anda tahu, bahwa kelas Nikon D-100 adalah semi-profesional, lebih tinggi daripada D-80 yang kelas amatir serius. Namun, D-80 lebih muda 4 tahun dibandingkan D-100. Jadi, dalam fotografi digital, kualitas foto tidak semata-mata ditentukan oleh kelas kamera saja, tetapi juga generasinya.

Jadi, kamera apakah yang harus Anda beli? Lihatlah kebutuhan Anda. Jika Anda hobiis dan tidak ada keterbatasan anggaran, kami tidak akan berbicara banyak. Namun untuk bekerja mencari uang, kamera SLR dari kelas manapun sebenarnya sudah memadai, selama Anda fasih mempergunakannya. Tinggal masalah "tampilan" dan "gengsi" di hadapan klien saja. Itu berpulang lagi pada Anda.

Namun bila pemotretan yang Anda lakukan berhubungan langsung dengan elemen alam, suka atau tidak suka, Anda harus memilih kamera SLR digital seri semi-profesional atau profesional, beserta lensa-lensa terbaiknya, yang sama-sama memiliki ketahanan terhadap elemen cuaca. Karena jika Anda memaksakan kamera SLR kelas amatir serius atau pemula untuk berinteraksi di lapangan dalam jangka waktu lama, biasanya sistem mekanik dan elektroniknya tidak akan bertahan lama, dan itu tentu saja akan berpotensi mengganggu pemotretan yang sedang Anda lakukan.

02. Kamera digital kelas Non-SLR

02-A: Kelas pencari jarak (rangefinder) non-elektronik

Kamera digital kelas rangefinder adalah sebuah konsep lama, yang kemudian menjadi unik di dunia fotografi digital. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa sistematika pencari jarak adalah melakukan komposisi dan penajaman gambar dari jendela bidik optik yang bertindak sendiri, tanpa melalui lensa yang terpasang. Jadi, baik lensa yang terpasang maupun lensa di jendela bidiknya, masing-masing memiliki konfigurasi optik tersendiri. Nah, kata kedua yang harus ditekankan adalah "Non-Elektronik", dimana kami maksudkan adalah bila kamera digital kelas pencari jarak ditambahi kata "Elektronik", maka itu akan merujuk ke kamera digital kelas ringkas atau kelas saku. Beberapa tipe kamera-kamera tersebut memiliki jendela bidik dengan prinsip kerja seperti rangefinder, namun utamanya tetap mengandalkan sistem pra-pandang elektronik lewat layar LCD.

Nah, contoh kamera digital pencari jarak non-elektronik adalah Leica M8 Digital. Kata "Non-Elektronik" merujuk pada layar LCD-nya yang hanya digunakan untuk melihat hasil foto atau mengatur fitur-fitur kamera, bukan untuk melakukan penajaman gambar atau komposisi.

Namun dalam perkembangannya, Leica berhasil membuat jendela bidik pencari jarak tersebut, menjadi TTL (Through The Lens - Penglihatan Melalui Lensa), seperti layaknya kamera SLR. Dengan arsitektur optik jendela bidik yang berbeda dibandingkan dengan sistematika SLR, Leica berhasil menggabungkan keunggulan sistem pencari jarak dengan sistem SLR, untuk pertama kalinya di tipe M6 (analog), yang kemudian diteruskan hingga M8 Digital. Walaupun memang harus diakui, bahwa sistem ini tidaklah sesempurna sistem pembidik SLR. Ini terjadi karena tetap adanya keharusan bagi pemotret untuk memilih pembesaran jendela bidik berdasarkan jenis lensa yang sedang dipergunakan.

02-B: Kelas ringkas konsep tinggi (hot shoe) atau kamera hibrida

Kamera digital kelas ringkas konsep tinggi adalah disebut demikian, karena ternyata acuan berdasarkan rentang zoom optik sudah tidak bisa lagi dijadikan acuan yang akurat. Nah, sedangkan salah satu indikator kelas kamera digital yang lebih tinggi adalah kemampuan pengaturan parameter fotografi secara manual. Keberadaan hot shoe sebagai sarana ekspansi pencahayaan, serta-merta akan menempatkan kamera digital tersebut di derajat yang lebih tinggi. Karena kamera ringkas digital yang dilengkapi dengan hot shoe, pasti dilengkapi dengan pilihan konfigurasi pencahayaan PASM; sedangkan kamera ringkas yang memiliki kontrol PASM, belum tentu memiliki fasilitas hot shoe.

Beberapa tipe kamera ringkas di kelas ini adalah Canon PowerShot G-9, Nikon CoolPix P-5100, Kodak EasyShare P-880, P-712, Fujifilm FinePix S-100FS, atau Sony CyberShot DSC R-1.

02-C: Kelas ringkas

Kamera digital kelas ringkas mengindikasikan kehadiran kontrol pencahayaan manual di beberapa tipe atau varian, namun dengan dimensi fisik yang ringkas sehingga mudah dibawa-bawa. Bahkan beberapa tipe kamera di kelas ini menyandang predikat sebagai kamera digital "superzoom", dengan rentang zoom optik yang lebih besar dari 8.0x. Kamera digital kelas ringkas adalah seri murahnya kamera digital kelas hibrida, yang terutama diperuntukkan bagi mereka yang senang dengan kontrol fotografi, namun tidak memerlukan kehadiran hot shoe sebagai sarana ekspansi pencahayaan. Bentuk kamera digital di kelas ini bisa saja mirip dengan kamera digital kelas hibrida, namun pastinya tidak memiliki fasilitas hot shoe atau beberapa fasilitas lainnya. Contoh kamera digital di kelas ini misalnya Nikon CoolPix P-80, Panasonic Lumix DMC FZ-18 dan Panasonic Lumix DMC TZ-4, atau Canon PowerShot S-5 IS.

02-D: Kelas saku

Kamera digital kelas saku adalah kamera digital yang paling populer, karena setiap orang bisa menggunakannya dengan mudah. Ya, memang mereka dirancang untuk itu. Banyak diantara mereka yang harus bersaing dengan kamera digital di telpon selular, karena kemudahan dan fasilitasnya kini semakin mirip. Beberapa ciri yang paling umum terdapat di kamera digital kelas ini adalah harga jual yang cenderung murah, ketiadaan kontrol pencahayaan secara manual ataupun semi-otomatik, jangkauan zoom optik yang sedang atau pendek, dan dimensi fisik yang kecil.

Bila sudah menyinggung merek, beberapa merek besar membedakan kelas ini dengan nama Canon Ixus, Nikon seri S atau L, Olympus seri Mju, Sony seri T, W atau S, Pentax seri M, dan lain sebagainya.

Tips-tips pemilihan kamera digital Non-SLR:

01. Dengan sebegitu banyaknya tipe dan ragam kamera digital Non-SLR, pelajarilah dengan cermat apa yang menjadi kebutuhan Anda. Apakah material fisik kamera dari logam? Apakah rentang lensa yang panjang? Apakah layar LCD yang besar? Dan lain sebagainya.

02. Ada merek yang "terkenal" dan "kurang terkenal". Sekitar 2-3 tahun yang lalu, perbedaan harga diantara mereka cukup jauh. Namun kini merk yang "terkenal" pun sanggup memproduksi varian termurah yang harganya nyaris tidak berbeda dengan merek yang "kurang terkenal". Maka, pilihan ada di tangan Anda.

03. Jangan terkecoh dengan berbagai penawaran paket dari toko atau bentuk yang sekedar cantik saja. Pelajarilah dengan seksama berbagai fasilitas dan kualitas foto kamera yang bersangkutan. Toko yang baik adalah toko yang memperbolehkan calon pembelinya mencoba-coba berbagai tipe terlebih dahulu.

04. Kapasitas resolusi (megapixel) tidaklah berpengaruh terhadap hasil foto! Adalah sebuah kesalahan besar jika Anda menganggap kamera saku 12 megapixel lebih bagus daripada yang 6 megapixel. Oleh sebab itu, janganlah terkecoh dengan kapasitas resolusi.


Kesimpulan dan tips akhir

Sesudah berbicara panjang-lebar mengenai kelas-kelas kamera digital, sejauh ini kami hanya dapat mengatakan bahwa metode seperti inilah yang hingga saat ini cukup akurat, untuk menggolongkan kelas kamera digital. Dari sejak kemunculan teknologi fotografi digital pada sekitar tahun 1998-an, kami menyimpulkan bahwa pada tahun 2008 ini, dimana umur teknologi fotografi digital sudah mencapai 10 tahun, itu berarti sudah mencapai taraf yang cukup matang. Dengan demikian, pengelompokan kamera digital berdasarkan segmentasi pasar dan teknologi, kini sudah tidak akan terlalu sering berubah lagi.

Tips terakhir dari kami: perhatikanlah masalah garansi. Bedakanlah antara garansi resmi atau garansi lokal, dengan garansi internasional atau garansi toko. Jangan berpikir bahwa kata "internasional" lebih hebat daripada "lokal" dalam hal garansi, karena kenyataannya sebaliknya. Hampir semua merek kamera terkenal mengenakan ongkos cek atau servis dua kali lipat pada kamera yang tidak bergaransi, alias black market atau garansi toko (hanya garansi internasional). Diskusikanlah dengan toko mengenai hal ini dengan seksama, karena biasanya harga jual kamera yang bergaransi internasional atau hanya bergaransi toko, lebih murah. Di sinilah konsumen terkecoh.

Sekali lagi, perhatikan baik-baik mengenai aspek garansi ini.

(Disarikan dari tulisan Peter Febian)

Selamat memilih kamera digital!

Jumat, Juli 04, 2008

Singkatan dan istilah dalam fotografi

Kawan-kawan berikut ini kumpulan istilah dalam fotografi, mudah-mudahan berguna :

APS : Advanced Photo System
DIL : Drop in Loading
CID : Cartridge Identification number
FID : Film strip Identification number
USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
Kristal sigma : Butir-butir perak halida
AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
AFD : Auto Focus Distance Information
DIR : Development Inhibitor Releaser
SPD : Silicon Photo Diode
LCD : Liquid Crystal Display
LED : Light Emitting Diode, lampu
ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
ISO : International Standart Organization
ASA : American Standart Association
DIN : Deutsche Industry Norm
NiMH : Nikel Metal Hydride
NiCd : Nikel Cadmium
DRAM : Data Random Acces Memory
RISC : Reduce Intruction Set Computer
CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
CPL : Circular Polarizing
USM : Ultrasonic motor
ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya untuk meneruskan cahaya ke film
Lens Mount : Dudukan lensa
MF : Manual Fokus
AF : Auto Fokus
Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
DOF : Depth of Field;ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, beragntung pada: difragma, panjang lensa dan jarak objek
GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV
EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
Aperture : Diafragma
Lens Hood : Tudung lensa
Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis
Shutter : Rana
Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
Exposure compensation : Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt
Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot
Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar
Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu
Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu
View finder : Jendela bidik
Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau � bagi mereka yang berkacamata)
Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen
Focusing screen : Layar focus
Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa
Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan
Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata
Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel
Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama
Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari
PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe
Hot shoe : Kaki blitz
Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11
Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup
Shutter release : Pelepas rana
Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan
Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai
Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan
Intervalometer : Fasilitas pemotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film
Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
- 16-22mm (lensa lebar super)
- 24-35mm (lensa lebar medium
- 6-15mm (lensa mata ikan)
Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
Pull : kebalikan dari Push
Main light : Cahaya pengisi/tambahan
Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya
Foto wedding terbagi 2 yaitu:
- Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis

- Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan

Blower : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor

Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu
Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya
Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto
Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek utama terekam jelas
Sandwich : Teknik menggabungkan foto
Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto
Esai foto : (Biar foto yang bicara), merangkai foto menjadi cerita bertema

Ditampilkan kembali dari SPC Email

Membeli Kamera DSLR kelas pemula

Artikel ini juga dapat ditujukan bagi siapa saja yang sedang merencanakan membeli kamera DSLR khususnya DSLR kelas pemula.

Kamera DSLR, apapun model dan merknya, ditujukan sebagai kamera profesional yang mampu memberikan kinerja dan kualitas hasil foto yang tinggi. Kamera jenis ini ditujukan bagi fotografer yang mengerti akan dasar fotografi, sehingga apabila digunakan dengan tepat tentu akan memberi hasil yang memuaskan. Dibandingkan dengan kamera saku biasa, kamera DSLR memiliki keunggulan dalam hal kinerja seperti pemotretan kecepatan tinggi, shutter lag yang singkat, ketepatan dalam pengukuran cahaya (metering) dan tersedia setting manual yang berlimpah. Pada masing-masing kamera DSLR sendiri terdapat kesamaan standar yang membedakannya dari kamera saku biasa, seperti :

· Memiliki lensa yang dapat dilepas

· Memiliki sensor berukuran besar

· Memiliki modul auto fokus yang akurat

· Jendela bidik mendapat gambar langsung dari lensa

· Memakai shutter mekanik

· Terdapat cermin yang dapat naik turun saat memotret

Saat pertama akan mencari kamera DSLR memang menjadi saat yang sulit. Pertama kali tentu adalah mengukur kemampuan diri, baik dalam hal dana maupun kemampuan. Bagi pemula yang sudah mengerti dasar fotografi dan telah memiliki sejumlah dana, dapat mulai mempertimbangkan DSLR entry level (pemula) yang harganya berkisar dibawah 10 jutaan. Bagi para profesional yang akan menjadikan kamera DSLR sebagai sarana mencari uang tentu memerlukan kamera yang lebih canggih dan mampu mendukung kebutuhan pemakainya. Umumnya kamera DSLR profesional digunakan di studio foto yang digabungkan dengan perangkat lain seperti sistem flash dengan kabel. Kamera profesional juga digunakan para wartawan yang memerlukan kecepatan tinggi, atau kemampuan tahan terhadap berbagai kondisi cuaca ekstrim. Oleh karena itu tentukan terlebih dahulu pada posisi manakah kita saat akan membeli sebuah kamera DSLR. Sebagai contoh, mas Kevin telah menyatakan bahwa dia adalah pemula yang baru akan membeli DSLR pertamanya. Oleh karena itu pilihannya jatuh antara Nikon D40/D40X atau Canon EOS 400D, meski juga mau mempertimbangkan Pentax K100D Super. Ketiganya adalah DSLR pemula yang cirinya berukuran kecil, memiliki paket lensa kit dan harganya terjangkau.

Pada dasarnya memilih kamera adalah seni dan pengalaman tersendiri, dimana keputusan yang tepat tentu akan memberi kepuasan dan sebaliknya kesalahan dalam memilih bisa-bisa membuat kecewa dan penyesalan. Namun dalam hal memilih kamera DSLR untuk pemula, seseorang dianggap telah cukup mengerti akan dasar fotografi, sehingga minimal mampu mengenali kelebihan dan keterbatasan dari tiap-tiap pilihan yang ada. Inilah saran yang dapat saya sampaikan :

1. Tidak ada kamera yang paling baik. Tiap kamera DSLR, meski untuk pemula, dirancang untuk digunakan sebagai kamera serius yang dilengkapi fitur tingkat lanjut. Tanpa peduli merk, spesifikasi standar dari kamera DSLR pemula umumnya sama.

2. Kunci dari fotografi profesional adalah lensa. Kamera DSLR memang menjadi penentu pada proses memotret, namun kualitas dan kesan profesional dari sebuah foto didapat dari jenis lensa yang terpasang. Adalah lebih sulit (dan lebih mahal) mencari lensa favorit daripada sekedar bodi kamera DSLR. Semakin sering kamera dipakai maka semakin berkurang nilai jual kembalinya, sementara lensa cenderung awet dan dapat menjadi investasi tersendiri.

3. Dalam memilih DSLR kenali dulu fitur dan spesifikasinya, kembalikan kepada kebutuhan kita, apakah memang perlu fitur dan spesifikasi yang ditawarkan. Jangan sampai anda membayar lebih untuk fitur yang tidak dibutuhkan. Setelah itu kenali juga koleksi lensanya, asesoris lainnya dan perhatikan ergonominya.

4. Jangan berharap fitur dan spesifikasi ekstra tinggi pada kamera DSLR pemula. Harga memang menentukan kualitas. Sorry to say, tapi ini memang harus diakui meski mungkin ada yang tidak sependapat. Saat menginginkan kualitas terbaik dari sebuah kamera DSLR, dimana spesifikasi dan fitur yang dimilikinya adalah yang kelas satu, tentu harga yang harus dibayar jauh lebih tinggi daripada DSLR pemula yang fitur dan spesifikasinya tergolong standar.



(Nikon D40/D40X, Canon 400D, Pentax K100D). Ketiganya merupakan DSLR pemula yang laris di pasaran, mereka berbagi spesifikasi yang hampir sama, memiliki lensa kit yang spesifikasinya sama dan ketiganya mampu memberikan hasil foto yang luar biasa baiknya.

· Nikon D40/D40X menjadi kamera DSLR termurah dengan kualitas baik, didukung nama besar Nikon yang terkenal dengan ergonominya, legenda TTL flashnya, dan matrix meteringnya. Selain itu lensa kit Nikon D40/D40X termasuk yang terbaik diantara lensa kit Canon 400D atau Pentax K100D.

· Canon EOS 400D menjadi penerus EOS350D yang sukses, kini mengusung sensor CMOS 10 MP (sebelumnya 8 MP), sistem anti debu, 9 titik AF (sebelumnya 7 titik). kompatibel akan lensa EF/EF-S (dan lensa alternatif lain), serta fiturnya cukup lengkap.

· Pentax K100D Super menjadi pesaing Nikon D40/D40X dengan keunggulan di stabilizer pada bodi kamera (CCD shift) sehingga lensa Pentax apapun yang terpasang seakan menjadi memiliki stabilizer. Generasi ‘Super’ ini menyempurnakan K100D lama dengan penggunaan motor auto fokus pada lensa, layaknya sistem auto fokus milik Nikon D40/D40X. Selain itu Pentax memiliki keunggulan jumlah titik AF hingga 11 titik, menyediakan layar LCD tambahan di bagian atas, dan ditenagai baterai alkaline yang mudah dicari di warung-warung.

Sebaiknya anda pelajari betul-betul spesifikasi ketiganya, kemudian jawablah pertanyaan saya dibawah ini, nantinya tanpa disadari anda akan mampu memutuskan sendiri mana kamera pilihan anda :

1. Apakah anda lebih suka kamera DSLR dengan sensor CCD (Nikon, Pentax) atau CMOS (Canon)?

2. Apakah anda memerlukan sensor beresolusi hingga 10 megapiksel (Canon)?

3. Apakah anda membutuhkan stabilizer pada bodi (Pentax) atau di lensa (Nikon, Canon)?

4. Apakah anda lebih menyukai melihat status parameter pada layar tambahan LCD kecil di bagian atas kamera (Pentax) atau tidak keberatan dengan melihat semua informasinya pada layar LCD utama (Nikon, Canon) ?

5. Mana dari ketiganya yang memiliki ergonomi terbaik, ukuran handgrip yang tampak nyaman, tata letak tombol yang rapi dan logis, serta material bodi (plastik) yang terasa kuat?

6. Apakah anda keberatan dengan ketiadaan motor auto fokus pada bodi (Nikon)?

7. Berapa jumlah titik auto fokus yang anda butuhkan? Cukup hanya tiga saja (Nikon), sembilan titik (Canon) atau hingga sebelas titik (Pentax)?

8. Apakah anda keberatan dengan ketiadaan opsi spot metering (Canon)?

9. Apakah anda keberatan dengan ketiadaan opsi bracketing (Nikon)?

10.Apakah anda amat membutuhkan flash sync hingga 1/500 detik (Nikon)?

11.Apakah anda menyukai baterai lithium (Nikon, Canon) atau alkaline (Pentax)?

Setidaknya dengan memahami kebutuhan kita, mengenal kelebihan dan keterbatasan dari pilihan kamera yang ada, serta memperhitungkan faktor lain (seperti purna jual, kemudahan/ketersediaan pilihan lensa dan asesoris), maka memilih DSLR idaman tak lagi menjadi sulit. Pilihlah satu yang paling anda sukai, pasanglah lensanya, dan mulailah memotret.

Tambahan :

Apabila memperhitungkan kamera prosumer sebagai kompetitor DSLR, memang dapat menjadi dilema tersendiri. Namun Fujifilm S100FS memang cukup berani bersaing dengan DSLR pemula dengan menawarkan harga 7-8 juta, seakan ingin merebut pasar dengan keunggulan adanya lensa zoom 14x yang sudah terintegrasi pada bodi. Sayangnya review dari dpreview menemukan satu kekurangan fatal dari kamera ini yaitu adanya penyimpangan warna saat kontras tinggi berupa purple fringing yang tampak mengganggu pada foto yang dihasilkan. Apabila mengacu pada ukuran sensor, tentu sensor Fuji yang berukuran 2/3 inci ini tidak sepadan dengan besarnya sensor ukuran APS-C pada DSLR, sehingga hasil foto Fuji ini pada ISO tinggi masih banyak terdapat noise

(disarikan dari: gaptek28.wordpress.com)

Maksimal Memotret dengan Kamera Ponsel

Dengan adanya fungsi kamera pada ponsel, tas kita tidak perlu lagi sesak oleh kamera digital yang lumayan makan tempat itu. Namun ini tidak berarti kita kehilangan kesempatan untuk mengoleksi setiap kejadian menarik yang kita lihat.Tinggal aktifkan fitur kamera yang ada di ponsel, lalu jepret. Simpel bukan? Cuma jangan terlalu berharap foto yang dihasilkan kamera ponsel akan sebaik hasil jepretan kamera digital.

Jika bisa memanfaatkan setiap fitur yang ada, kita akan mendapatkan gambar yang bagus dan menarik. Tabloid Sinyal akan memberikan beberapa trik memotret dengan ponsel kamera.

Gunakan Resolusi Maksimal

Resikonya dengan menggunakan resolusi tinggi, hasil foto akan memakan memori yang lebih besar. Akan tetapi kerugian tersebut akan dibayar tuntas dengan hasil foto yang lebih bersih. Selain itu kita akan lebih mudah saat mengedit di kemudian hari.

Yang jelas, dengan menggunakan resolusi tinggi, kita bisa mencetak foto berukuran besar. Aturannya, semakin tinggi resolusi, maka semakin besar pula gambar yang bisa dicetak.

Lebih Dekat ke Objek

Jika ingin mendapatkan hasil foto yang lebih jelas, usahakan jarak ponsel dengan objek yang akan dibidik sedekat mungkin. Pengambilan gambar pada jarak yang jauh akan menghasilkan gambar yang semakin kabur, apalagi pada pencahayaan minim.

Ambil Gambar Sebanyak Mungkin

Tidak ada salahnya Anda mengambil gambar sebanyak-banyaknya. Dengan begitu Anda mempunyai banyak pilihan untuk menentukan yang terbaik untuk dikoleksi. Jika ponsel memiliki fungsi multishot, manfaatkanlah.

Ambil dari Banyak Sudut

Jika ponsel dibekali dengan memori besar, bereksperimenlah dengan membidik foto pada sudut yang berbeda-beda. Dengan begitu foto yang dihasilkan akan terlihat lebih kreatif dan menarik.

Pencahayaan Cukup

Ketika akan memotret, usahakan sebisa mungkin objek berada pada tempat dengan penerangan yang cukup. Jika ponsel memiliki lampu kilat (flash light), manfaatkan sebagai bantuan, atau buat cahaya tambahan dari listrik rumah.

Arah Cahaya

Saat memotret di bawah terpaan sinar matahari, usahakan jangan sampai objek membelakangi datangnya arah cahaya. Namun jika ingin mendapatkan gambar siluet, arah bidikan justru harus sebaliknya.

Tidak Bergerak

Tidak seperti pada kamera digital yang dilengkapi tripod, memotret dengan ponsel kamera selalu harus dengan cara dipegang tangan. Di sini kestabilan sepenuhnya berada di tangan si pemotret.

Perlu diketahui, kamera ponsel mempunyai kelemahan shutter lag, yaitu selang waktu sekian detik setelah tombol ditekan baru gambar diambil. Sebaiknya, setelah menekan tombol kamera, posisi tangan tidak bergerak selama beberapa saat.

Latar Belakang

Usahakanlah objek bidikan ditempatkan pada latar belakang yang tidak terlalu sibuk. Perhatikan juga apakah latar belakang tidak mengganggu objek, misalnya ranting pohon yang seolah menempel pada kepala objek.

Bersihkan Kaca Pelindung Lensa

Kaca pelindung lensa biasanya mudah kotor karena debu atau sidik jari, apalagi jika Anda terbiasa mengantongi ponsel. Sebelum memotret, biasakan membersihkan kaca pelindung lensa tersebut dengan menggunakan kain. Jangan sesekali membersihkannya menggunakan kapas karena serpihannya akan menempel pada kaca.

Hindari Zoom Digital

Menggunakan zoom digital sesungguhnya tidak akan meningkatkan kualitas foto yang dihasilkan. Ini beda dengan optical zoom, yang akan memberikan foto dengan kualitas yang lebih baik.

Eksplorasi Semua Fitur

Ponsel keluaran baru biasanya sudah ditanami banyak fitur pendukung kamera, seperti brightness, manual focus, white balance, dan sebagainya. Sesekali coba dan pelajarilah fitur-fitur tersebut. Jika Anda bisa mengaturnya dengan baik dan menyesuaikannya dengan suasana lingkungan, hasil foto Anda akan lebih baik daripada jika menggunakan pengaturan otomatis.

Selalu pada Pilihan Warna

Selain pilihan memotret dengan nuansa warna, pada tipe ponsel tertentu biasanya disediakan juga pilihan dengan mode hitam-putih atau shepia. Walaupun begitu biasakan untuk selalu memotret pada pilihan mode warna. Singkatnya, kita bisa mengubah gambar warna menjadi hitam-putih atau shepia, tetapi tidak sebaliknya. Maksudnya, gambar hitam-putih tidak bisa kita ubah menjadi berwarna.

Mencoba White Balance

Fitur ini memungkinkan Anda untuk mengatur pewarnaan saat memotret berdasarkan kondisi yang ada. Singkatnya Anda dapat menentukan apakah objek yang akan dibidik ingin dibuat lebih terang atau gelap. Ada baiknya jika Anda mencoba-cobanya terlebih dahulu sebelum membidik objek utama.

Ganti Nama File

Ketika Anda mendapatkan hasil foto yang dianggap bagus, segera ubah nama file gambar untuk memudahkan mencari dan memisahkannya di kemudian hari.

Jangan Langsung Menghapus Gambar yang Gagal

Kualitas layar ponsel tidak sebaik layar monitor komputer. Tidak jarang foto yang terlihat hancur di ponsel justru terlihat bagus di monitor PC.

Berbagi

Ketika mendapatkan foto yang bagus, tidak ada salahnya Anda pamerkan foto-foto tersebut kepada orang lain. Pada ponsel terbaru sudah tersedia fitur photo blogging, untuk meng-upload foto langsung ke blog di Internet. Anda juga bisa mengirimkannya ke situs koleksi foto, seperti Flickr.com, agar semua orang dari negara mana pun bisa melihatnya.

Source: Tabloid Sinyal