Fotografi landscape adalah aktivitas pemotretan yang di lakukan secara out-door (luar ruangan). Hal yang menarik dari fotografi landscape adalah sisi petualangannya. Biasanya yang melakukan pemotretan landscape secara langsung adalah para pecinta alam atau penjelajah. Tetapi dalam suatu tour atau kunjungan wisata, seringkali kamera foto juga berperan untuk mengabadikan pengalaman dan moment.
Ada beberapa hal kecil yang membedakan foto kenangan dengan foto landscape. Dalam foto kenangan perjalanan, biasanya obyek manusia menjadi pokok terpenting. Sedangkan foto landscape mengajak penikmat foto untuk menikmati pemandangan yang telah kita lihat. Untuk itu ada beberapa tips dan trik untuk membuat jurnal travelling dengan foto-foto.
1. Persiapan alat, Tidak menjadi masalah jenis maupun tipe kamera yang akan dipakai. Kita dapat menggunakan kamera saku, maupun SLR (profesional). Untuk kamera manual, tidak serumit membawa digital. Cukup sediakan cadangan film dan blitz. Biasanya kamera digital telah dilengkapi lampu kilat, dan format panorama.
Tetapi untuk kamera digital kita membutuhkan peralatan lainnya seperti media penyimpanan cadangan, batre cadangan, charger, dan static protector. Usahakan untuk membawa lampu kilat dan tripod kecil. Selain cadangan lensa (kalau ada). Kemudian siapkan tas kecil khusus kamera. Bila tidak ada, memakai tas traveling yang dilapisi plastik juga bisa. Bila kita ingin traveling kedaerah berhawa dingin dan menginap (misalnya naik gunung), belilah silica-gel di toko kamera. Fungsinya untuk menyerap udara lembab. Sehingga kamera tetap terjaga kekeringannya (tidak berembun). Karena bila kamera berembun maka dapat berbahaya bagi lensa dan film kita. Kemungkinan terparah, konsleting sirkuit untuk kamera digital. Cara untuk menjaga kamera cukup mudah. Letakkan kamera dalam tas beserta silica-gel. Atau bungkuslah kamera plus silica-gel dengan kain, dan masukkan kantong plastik. Siaplah alat kita untuk dokumentasi traveling.
2. Membuat Keterangan Foto, Sebuah foto jurnal yang tidak memiliki keterangan traveling, akan berkurang nilainya. Karena hal tersebut membuat orang hanya melihat dan berkomentar kemudian berlalu. Tetapi bila foto tersebut memiliki keterangan, maka kita dapat menceritakan kepada orang tentang kisah foto dan kronologis-nya. Catatan keterangan tersebut tidak harus berbahasa ilmiah, atau berisi data teknis. Tetapi minimal berisi catatan informatif tentang foto. Misalnya :
Judul : Kawah Tangkuban Perahu, di Jawa Barat.
Ket. : Foto ini diambil sore hari jam 15.00. membuat sebagian dinding kawah tampak terang. Dan dasar kawah tampak gelap. Sayangnya, suasana cukup berkabut sehingga detail kawah tidak dapat terekam dengan baik.
3. Tips Pemotretan, Pemotretan landscape (pemandangan) sebisa mungkin menghindari unsur obyek manusia. Bila kita tetap ingin mendokumentasikan diri, batasi penggunaannya. Misalnya satu pemotretan diri untuk satu lokasi menarik.
Mengapa obyek manusia sangat mengganggu? Karena orang tidak dapat menikmati alamnya (hanya tampak sebagai latar/background), dan orang akan melewatkannya begitu saja bila merasa tidak kenal dengan orang-orang yang ada didalam foto. Selain itu, foto landscape yang berisi gambar orang (tanpa memiliki relevansi, apalagi bergaya), tidak / kurang layak dipublikasikan. Akibatnya bila kita menghasilkan foto pemandangan yang spektakuler, tetapi ada rekan kita yang tertangkap kamera di samping kiri atau kanan foto, maka foto tersebut tidak akan laku dijual. Kecuali tentu saja jika memang menggunakan model yang cakep.
Fungsi obyek manusia dalam pemotretan landscape biasanya berlaku sebagai pembanding. Misalnya ketinggian tebing, besarnya ombak, atau hal lainnya. Itu pun harus di tampilkan secara hati-hati dan wajar. Sehingga tidak merusak komposisi foto.
Bila obyek manusia tersebut memang menarik, usahakan saat pemotretan, mereka berlaku wajar. Caranya dengan mencuri-curi atau istilahnya candid (biasanya dengan kamera ber-lensa tele), atau dengan meminta ijin disertai informasi untuk tetap melaksanakan aktivitas secara wajar.
Demikianlah beberapa tips penting yang perlu diperhatikan oleh para pemotret landscape. Memang dibutuhkan latihan dan evaluasi, sehingga kita dapat menbuat jurnal fotografi landscape yang bagus dan menarik. Baik dilihat dari kualitas foto, komposisi, maupun keterangannya. Dengan demikian kita dapat mengajak orang untuk menikmati perjalanan yang telah kita lakukan. Terima kasih atas segala perhatiannya semoga informasi ini cukup bermanfaat.
Sumber : email from SPC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar